2013/01/31

PESONA BUDAYA KOTA KRETEK, TUMBUHKAN BULIR-BULIR CINTA BUDAYA LOKAL


PESONA BUDAYA KOTA KRETEK,
TUMBUHKAN BULIR-BULIR CINTA BUDAYA LOKAL


Profil Kota Kretek
       Kabupaten Kudus adalah kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang berada di jalur pantai utara timur Jawa Tengah yaitu di antara Semarang – Surabaya. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok terbesar di Jawa Tengah. Oleh sebab itu Kudus dikenal sebagai kota industri. Kudus dengan luas 425,17 Di Kudus terdapat 123 desa yang terdiri atas 9 kelurahan.
Industri                                                          
Kota Kudus itu merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah industri dan perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Jiwa dan semangat wirausaha masyarakat diakui ulet, semboyan "jigang" (ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat mengungkapkan karakter dimana disamping menjalankan usaha ekonomi juga mengutamakan mencari ilmu. Dilihat dari peluang investasi bidang pariwisata, di Kabupaten Kudus terdapat beberapa potensi yang bisa dikembangkan baik itu wisata alam, wisata budaya maupun wisata religi. Bidang agrobisnis juga ikut memberikan citra pertanian Kudus. Jeruk Pamelo dan Duku Sumber merupakan buah lokal yang tidak mau kalah bersaing dengan daerah lain. Dalam hal seni dan budaya, Kudus mempunyai ciri khas yang membedakan Kudus dengan daerah lain.  Diantaranya adalah seni arsitektur rumah adat Kudus, kekhasan produk bordir dan gebyog Kudus. Keanekaragaman potensi yang dimiliki Kudus diharapkan mampu menarik masyarakat luar untuk bersedia hadir di Kudus. Industri di Kudus yang terkenal diantaranya rokok dan bordir. Namun selain itu juga banyak industri lain yang berkembang di kudus seperti kertas, pakaian jadi, furniture, jenang, elektronik, logam dan fiber, percetakan, pengolahan rotan, batu bata, gula tumbu, genteng, tas dan sandal, bandeng presto dan kerupuk. Selain sektor industri, sektor pertanian juga menjadi perhatian. Buktinya padi yang sebagai makanan pokok mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat kudus. Tak heran jika di Kabupaten Kudus padi juga merupakan tanaman yang banyak ditanam sebagian masyarakat Kudus.





Pariwisata
 Kudus tidak hanya terkenal sebagai kota kretek tetapi juga sebagai kota santri. Terbukti dengan adanya Masjid Menara, Makam Sunan Kudus dan Makam Sunan Muria sebagai simbol kereligiusan kota Kudus. Tempat-tempat tersebut menjadi salah satu tujuan pariwisata para wisatawan lokal dan luar daerah. Banyak juga tempat-tempat lain seperti air terjun Montel di Colo, Puncak 29 di Rahtawu, air tiga rasa di Rejenu, Bumi Perkemahan Abiyoso, Bumi perkemahan Kajar, Museum Kretek, Taman Krida Wisata dan GOR Kudus. 
-          Sunan Kudus


         Ja’far Shodiq adalah nama asli Sunan Kudus. Raden Ngudung merupakan nama panggilannya sewaktu masih kecil. Sunan Kudus juga di juluki Raden Amir Haji sebab ia pernah bertindak sebagai pemimpin jama’ah haji. Sunan Kudus adalah putra Raden Usman Haji yang menyiarkan Islam di daerah Jipang Panolan, Blora Jawa Tengah. Menurut silsilahnya, Sunan Kudus masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Jika di tarik secara lengkap silsilahnya sebagai berikut : Ja’far Shodiq bin Raden Usman Haji bin Raja Pendeta bin Ibrahim Al-Samarkandi bin Maulana Muhammad Jumadal Kubra bin Zaini Al-Husain bin Zaini Al-Kubra bin Zainul Alim bin Zainul Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sunan Kudus mendapat julukan “ Waliyul Ilmi”.  Sunan Kudus pernah belajar kepada ayahnya sendiri yaitu Raden Usman Haji namun menurut cerita yang berkembang di masyarakat Sunan Kudus adalah murid dari Kyai Telingsing dan juga dikisahkan Raden Ja’far Shodiq berguru kepada Sunan Ampel selain mendapat predikat sebagai “Waliyul Ilmi”. Sunan Kudus pernah menjadi qodli (hakim agung) pada masa pemerintahan Kerajaan Demak selain seorang qodli ia mengemban amanah sebagai senopati (panglima perang) yang gagah berani dengan kemampuan strategi dan taktik yang tinggi. Menara Kudus adalah bangunan paling monumental peninggalan Sunan Kudus yang menjadi identitas khas kota.
 Pemerintah Kabupaten Kudus membuat replika menara Kudus yang dikenal dengan sebutan “ Tugu Identitas”. Selain menara Kudus peninggalan Sunan Kudus adalah masjid Al Aqsha Kudus. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura yang biasa disebut oleh masyarakat Kudus sebagai "Lawang kembar". Masjid menara dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H.  Strategi da’wah Sunan Kudus antara lain:
 
-                      Merangkul tanpa menyakiti
-                      Raih simpati dengan toleransi
-                      Melalui budaya
-                      Jalur perdagangan

Sunan Kudus mempunyai sikap dan rasa toleran yang tinggi terhadap lingkungan dan terhadap agama lain di sekitarnya contohnya antara lain larangan menyembelih sapi bagi orang islam karena pada masa itu Sunan Kudus sangat menghormati masyarakat hindu yang selalu memulyakan hewan lembu atau sapi. Sunan Kudus sebagai sosok pujangga menciptakan lagu dan cerita keagamaan. Karyanya yang paling terkenal adalah “Gending Maskumambang dan Mijil”. Setiap tanggal 10 Muharram di Sunan Kudus mengadakan tradisi yang disebut dengan “Buka Luwur”, merupakan upacara pergantian kain mori yang digunakan membungkus cungkup dan nisan Sunan Kudus. Buka Luwur di iringi dengan pembagian berkat dan diakhiri dengan pemasangan luwur baru. Sunan Kudus wafat di Kudus pada Tahun 1550M dan dimakamkan di kompleks masjid menara Kudus.


Bukak Luwur

  Buka luwur merupakan upacara pergantian luwur (kain mori) yang digunakan membungkus cungkup nisan Sunan Kudus serta bangunan-bangunan lain disekitarnya. Kegiatan ini di iringi beberapa ritual, diawali dengan penjamasan Keris Kyai Cinthaka, doa rasul, terbang papat, pembuatan dan pembagian bubur as-syura, khatmil qur’an bil ghaib, pengajian malam 10 Muharrom, pembagian berkat dan di akhiri dengan pemasangan luwur baru. Tradisi yang berkembang hingga sekarang ini merupakan refleksi masyarakat Kudus untuk mengenang jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan agama islam. Para tokoh masyarakat sepakat menamani “tradisi tahunan” tersebut sebagai buka luwur, bukan haul. Penyebabnya, tidak ada bukti yang jelas mengenai wafatnya Sunan Kudus,sehingga buka luwur digelar bukan dalam rangka memperingati wafatnya sang Sunan.

Sumur Tulak
 Sumur Tulak merupakan sumur yang terletak di Krapyak, Kerjasan, Kudus. Secara sekilas tidak ada yang berbeda tentang sumur ini dengan sumur lainnya namun sumur ini merupakan peninggalan pada masa Majapahit. Sumur ini merupakan sumur peninggalan Syaikh Abdurrahman yaitu salah satu murid Sunan Kudus. Sumur kecil ini berdiameter 1 meter dengan kedalaman 2.5 meter. Asal muasal sumur yang berlokasi sekitar 2 kilometer arah utara Menara Kudus, ini adalah dari bekas tombak Syaikh Abdurrahman. Menurut cerita terdahulu, dulu kerajaan Majapahit Hindu terusik dengan majunya kerajaan Islam Demak. Sehingga diadakanlah penyerangan lewat arah utara yaitu melewati Kudus. Namun sesampai di utara Menara Kudus, yaitu sebelum sumur tulak, para prajurit kerajaan Majapahit kelelahan dan kehausan. Melihat musuh yang akan menyerangnya kelelahan dan kehausan, Syaikh Abdurrahman pun kasihan dan membantunya dengan memberi air minum sebagai "Tombo Ngelak" atau "pelepas dahaga". Warga sekitar sumur tulak percaya, sumur peninggalan Syaikh Abdurrahman itu memiliki karomah dari Allah Swt. Sehingga setahun sekali, pada pertengahan bulan Suro (Muharram), mereka berduyun-duyun mengambil air di sumur tersebut. Namun sebelum airnya diambil, terlebih dahulu diadakan ritual pada hari-hari sebelumnya, yaitu dengan membaca kalam-kalam Ilahi, berdzikir dan berdo'a kepada Allah.

Guyang Cekathak


 Tradisi ini digelar dengan maksud wasilah meminta hujan kepada Allah SWT saat musim kemarau panjang. Cekathak (pelana kuda) yang di guyang atau dimandikan ini adalah milik Sunan Muria. Pemandian cekathak ini dilakukan di Sendang Rejoso, sekitar 100 meter jaraknya dari masjid Sunan Muria, biasanya dilakukan jum’at wage pada puncak musim kemarau .

-          Masjid Agung Kudus

Masjid Agung Kudus terletak di tengah kota Kudus, tepatnya di jalan Simpang Tujuh, alun-alun kota Kudus, propinsi Jawa Tengah. Masjid Agung Kudus didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 1530. Masjid Agung Kudus memiliki Kubah yang berbentuk limas segiempat bersusun tiga tumpukan. Ukuran bangunan utama sekitar 30 m x 28 m. Masjid Agung Kudus memiliki satu buah menara dengan tulisan Allah pada pucuk menara tersebut. Masjid Agung kudus terdiri dari 2 lantai. Di dalam masjid sendiri tersimpan Al-Qur’an yang ukurannya tidak seperti biasanya.

-     Masjid Wali

  Masjid At-Taqwa atau biasa dikenal dengan Masjid Wali ini terletak di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Masjid Wali Loram didirikan pada tahun 1596-1597 atau pada masa peralihan Hindu-Buddha ke Islam. Masjid ini dibangun Tjie Wie Gwan, seorang pengembara Muslim dari Campa, China. Pada awal 1990-an, masjid tersebut direhabilitasi karena kayu-kayu di bangunan tersebut sudah lapuk termakan usia. Masjid yang semula berdinding papan dan berangka kayu itu pun berubah menjadi masjid yang berdinding tembok dan berangka beton. Meskipun begitu, gapura masjid yang berbentuk seperti pura tetap dipertahankan. Pada 1996 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menetapkan gapura yang merupakan peninggalan sejarah berusia ratusan tahun tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Selain gapura, masih ada sejumlah peninggalan lain berupa beduk, sumur, ukiran sungging badar duwung dan tangga menara masjid.  Kini ada tradisi Nganten Mubeng di Masjid Wali. Tradisi ini mewajibkan para pengantin baru melewati pintu Barat dan Timur masjid yang berupa gapura klasik batu bata merah bercorak Hindu sebagai prosesi ijab qobul. Selain tradisi nganten mubeng juga terdapat tradisi lain seperti sedekah nasi kepel (nasi yang dibungkus daun jati), dan ampyang maulid (kerupuk berwarna-warni yang terbuat dari tepung) .

Masjid Bubrah


Sesuai dengan namanya, Masjid Bubrah merupakan bangunan yang berbentuk menara setengah jadi yang terletak di Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kudus. Masjid ini memiliki panjang 4 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2,5 meter. Alkisah, Masjid Bubrah ini dibangun oleh Pangeran Pontjowati yang merupakan menantu Sunan Kudus dari putranya yang bernama Pangeran Pontjobinar. Masjid Bubrah ini awalnya di bangun oleh Pangeran Pontjowati menyerupai Menara Kudus dalam kurun waktu semalam. Dalam membangun Masjid Bubrah Pangeran Pontjowati tidaklah sendirian, beliau dibantu oleh wali lainnya. Memang tidak heran dengan kurun waktu satu malam tersebut. Karena yang membangun adalah para wali yang mempunyai karomah yang dianugerahkan oleh sang khaliq. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, ketika Pangeran Pontjowati sedang menyelesaikan pembangunan masjid ini, waktu hampir menunjukkan subuh, tiba-tiba beliau melihat seorang janda yang sedang menyapu. Kemudian beliau pergi meninggalkan tempat tersebut dan “nyabda” janda tersebut menjadi patung. Sehingga pembuatan masjid ini tidak diselesaikan dan yang ada hanyalah bangunan yang berbentuk menara setengah jadi. Jika kita pergi ke sana kita akan melihat bentuk patung sangat kecil yang terpahat dalam batu besar di tempat tersebut. Sekarang bangunan Masjid Bubrah telah mendapat perhatian dari Balai Pelestarian Pengelolan Purbakala, Jawa Tengah. Yang telah menetapkan cagar budaya pada tanggal 4 September 2005.

     

Karya & Kuliner Khas Kudus meliputi :

-    Lentog

  Lentog merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari Kudus yang di dalamnya terdapat paduan antara lontong dengan sayur lodeh. Lentog banyak di sajikan di pedagang kaki lima yang banyak dijumpai di tanjung karang sebelah selatan simpang lima tanjung karang yang biasa disebut dengan “lentog tanjung”. Namun seiring dengan perkembangan jaman kuliner lentog kudus sudah banyak di jumpai di berbagai tempat yang ada di Kudus. Lentog ini terdiri dari berbagai sayur diantaranya lontong, Sayur kotho'an ( terbuat dri tahu, tempe, dan santan ), Sayur gori ( nangka muda yang dicacah lembut dan santan ), Kani ( santan kental gurih ) dan sambal cair. Sebagai pelengkap lentog biasanya disajikan dengan telur puyuh khas kudus, Sate usus dan tentunya kerupuk yang tak lupa ketinggalan. Semua sayuran pada lentog menggunakan santan yang menjadikan makanan lentog ini gurih. Kuliner khas Kudus ini sekarang banyak diminati oleh berbagai kalangan baik anak-anak,remaja sampai orang dewasa. Bagi yang suka rasa pedas, Anda bisa meminta sambal yang cair maupun bisa mengambil cabe rawit rebus yang biasanya disediakan di mangkok depannya. Biasanya, untuk menemani makan lentog kudus penjual menyediakan teh botol. 
-    Jenang Kudus

     Jenang kudus merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari bumi Kota Kretek yang terbuat dari gula merah yang sangat manis. Walaupun proses pembuatannya yang masih manual dan butuh waktu yang lama makanan ini menjadi salah satu ikon Kota Kudus. Jenang merupakan makanan yang kenyal terbuat dari tepung beras, tepung ketan, gula merah, wijen dan santan kelapa untuk membuat jenang menjadi gurih dan dikemas dalam bentuk kecil-kecil dibungkus dengan alumunium foil. Seiring dengan berjalannya waktu saat ini jenang terdiri dari beberapa rasa diantaranya : kelapa, durian, strawberry dan masih banyak lagi. Rasanya yang enak, khas dan tentunya lengket dimulut menjadikan jenang banyak diburu oleh konsumen untuk buah tangan saudara dikampung.

-    Buah Parijoto

 Bagi kita dan masyarakat Kudus, pastinya tidak asing dengan buah parijoto. Buah ini hanya dapat tumbuh di dataran tinggi puncak Gunung Muria. Buahnya berwarna putih kemerahan jika masih muda dan akan berwarna ungu kemerah-merahan jika sudah tua. Bentuknya kecil-kecil dengan rasa asam, pahit, sepet bercampur menjadi satu. Dikalangan masyarakat pedesaan (terutama yang berada di wilayah dataran tinggi), Parijoto terkenal akan manfaatnya yang sangat beragam. Selain ampuh sebagai obat sariawan, buah ini juga terbukti mampu menanggulangi diare dan sangat dianjurkan bagi ibu hamil. Hasil riset menemukan bahwa buah yang pada mulanya dibiarkan hidup liar di lereng-lereng gunung ini ternyata mengandung zat kimia berupa kardenolin, saponin, flavonid (terutama pada buah) dan tanin (terutama pada daun). Hal ini juga kemudian menjawab pertanyaan mengapa Parijoto sangat dianjurkan sebagai penambah nutrisi bagi ibu yang sedang mengandung. Umumnya para wanita mengonsumsi parijoto setelah usia kandungan memasuki lima bulan ke atas. Namun tak jarang, sudah mengonsumsi pada usia kehamilan dua-tiga bulan.  Karena buah ini dipercaya, terutama oleh penduduk pedesaan yang berada di daerah Gunung Muria, wanita hamil yang makan rujak buah Parijotho bersama dengan buah Delima akan dikaruniai anak yang tampan atau cantik serta soleh solihah. Konon mitos ini terlahir saat istri Sunan Muria yang saat itu hamil, lalu mengonsumsi buah parijoto yang ditemukannya jauh di dalam hutan. Dan bayi yang dilahirkan sehat serta berkulit bersih. Oleh Sunan Muria, hal itu kemudian disebarkan oleh para santrinya dan dipercaya hingga kini.
-         -    Batik Kudus

  Batik Kudus di kenal sebagai batik yang halus dengan isen-isen (isian dalam raga, pola utama) yang rumit. Batik ini didesain dengan warna-warna slogan kecoklatan yang diberi corak parang, tombak atau kawung. Batik tersebut juga dihias dengan rangkaian bunga, kupu-kupu, buah parijoto, menara, gambar lentog serta ragam motif lainnya yang sesuai dengan ciri khas Kabupaten Kudus. Pada era 60-an sampai 80-an Kudus mempunyai batik dan mempunyai sentra-sentra batik di Kudus. Seiring dengan perkembangan zaman, batik tulis kudus sedikit demi sedikit punah karena kalah bersaing dengan batik printing dan batik cap dari daerah-daerah lain. Namun, sekarang batik Kudus mulai berkembang lagi yang di tandai dengan adanya butik batik khas Kudus seperti : Muria Batik Kudus, Dahlia Batik Kudus dan lain-lain. Harga batik kudus lumayan fantastik berkisar antara 100.000 - 2.000.000-an lebih

Penulis by : Widad Ainun Nikmah

Share kan blog saya di
-->

4 komentar:

  1. batik tulis kudus mahal ... bagaimana kalau menjalin kerjasama dengan rekanan yang mampun memberikan moidal kain kepada para pengrajin... jadi para pengrajin tidak terlalu terbebani dengan bahan baku kainnya. contohnya, kita dapat menjalin kerjasama dengan home industri tekstil... jadi ada simbiosis mutualisme nya. hohohoy. sayonara y

    ReplyDelete
  2. nice blog...sangat informatif dan persuasif....I like it

    ReplyDelete
  3. kudus memang mempesona setiap ribuan mata yang memandangnya.....let's increase our culture....keep nationalism and patriotism.....be culture city :-)I love Kudus so much

    ReplyDelete
  4. Blog nya bagus, desain blog nya juga keren,
    aku tunggu postingan selanjutnya :)

    ReplyDelete