2013/06/11

Sepotong Surat Kecilku Untuk KPU


Surat Untuk KPU

Untuk:
KPU (Komisi Pemilihan Umum)
Kudus, 01 Mei 2013

            MA NU MU’ALLIMAT KUDUS
KPU yang ku sayangi, kali ini aku mengirim surat untukmu. Semoga surat ini ‘kau’ baca, meski dari anak kecil yang tak tahu apa-apa dan belum memiliki hak suara. Ku tegaskan sekali lagi, belum memiliki hak ‘SUARA’.
Lewat surat ini, aku menulis bukan sekedar menulis. Walaupun tulisanku tak sebagus mesin ketik komputer. Biarpun kau anggap aku menulis di media kertas yang tak layak untuk ku kirim padamu. Ya, ini kertas bekas. Bukannya aku tak punya uang, tapi aku tak ingin bumiku semakin gersang.
KPU yang ku banggakan, ka pasti tahu maksudku. Bermilyar-milyar kertas terbuang sia-sia untk media pemilihan umum, baik bupati maupun gubernur. Apa tak ada media lain selain kertaskah? Lihatlah, bumiku semakin merah memanas. “TIDAK SEMUANYA BISA DIBELI DENGAN UANG”. Buktinya ya kertas ini. Maka janganlah kau hancurkan bangsamu hanya karena tergiur rayuan uang. Dari mereka, calon pemimpin tak berwibawa.
STOP MONEY POLITICS!!!
Kalau aku boleh memilih, aku pilih tidak makan satu bulan daripada makan uang politik.
KPU yang ku cintai, dan tahun ini engkau benar-benar ku andalkan untuk merubah bangsaku menjadi negara berkembang yang ingin maju. Engkau adalah satu-satunya media dan sistem demokrasi di Indonesia. Engkau memberikan kami kebebasan, meski kadang-kadang hak asasi masih terenggut dari kami.
DEMOKRATIS, BUKAN KRITIS DEMO.
Sejauh ini, aku masih bertanya-tanya. Apakah Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah menjadi negara demokrasi? Tapi realitanya justru rakyat semakin kritis berdemo. Siapa yang harus disalahkan? Pemimpin? Lalu, dahulu siapa yang memilih pemimpinmu? Memimpin dirimu?
KPU yang ku banggakan, kau adalah media penyaringan calon-calon pemimpin yang beradab. Bukan hanya cendekia, tapi jujur dan juga membaur dengan rakyatnya.
SIAPAPUN DIA, AKAN KU TAATI TITAHMU!
Aku tak peduli, dari partai hijau, biru, merah, bahkan pelangi. Aku tak melihatmu, tak memandangmu hanya dari cara engkau berpenampilan. Aku tak peduli, engkau punya tanah berhektar-hektar atau justru dari rakyat biasa. Yang ku tahu, pemimpin yang diidamkan adalah ia yang dapat mengayomi, memberikan kesejahteraan dan kedamaian bagi rakyatnya.
IBU PEJABAT, JANGANLAH ENGKAU BERLEHA-LEHA!
Seorang ibu merupakan lumbung bagi generasi selanjutnya. Perlu engkau tahu, kedekatan ibu dengan anak tiga kali lebih dekat bahkan lebih dekat lagi daripada dengan ayahnya.
Ironis benar keadaan di negeriku ini. Diriku kerap kali melihat, ibu-ibu pejabat berdiri di belakang suaminya (dalam arti bupati, gubernur bahkan presiden). Tapi realitanya mereka tak pernah memberikan sumbangsih yang besar pada bangsanya.
Tragis sekali melihatnya. Cukup bagus ada kegiatan PKK di desa-desa. Tapi coba kau pikir, apa manfaatnya? Bukankah seharusnya ibu pejabat, teladan bagi sejuta ibu di Indonesia? Bahkan lebih dari satu juta.
PESANKU,
Optimalisasi kinerja perempuan itu perlu digalakkan. Mencoba sekali-kali mengadakan penyuluhan di PKK. Semisal, bukan hanya cara memasak tapi juga cara mendidik anak. Ibu pejabat, jangan bisanya pamer berlian, pamer kekuasaan. Namun, juga harus membaur dengan rakyat. ‘Wanita Indonesia juga bisa Berkarya’
Dan yang terakhir, semoga surat ini benar-benar dibaca oleh KPU. Lebih-lebih dibaca oleh ibu pejabat. Semoga surat ini tidak dibakar oleh orang-orang yang tidak suka dengan tulisan ini.
Dan yang terakhir sekali, PILIHLAH PEMIMPIN YANG ADIL DAN BERADAB!!!
Dan yang paling terakhir sekali;
26 Mei, ku tunggu engkau di TPS!
Sudahlah pilih saja apa yang hati nuranimu katakan, bukan yang tetanggamu ungkapkan....

0 komentar:

Post a Comment