Surat Untuk KPU
Untuk:
KPU (Komisi Pemilihan Umum)
Kudus,
01 Mei 2013
MA NU MU’ALLIMAT KUDUS
KPU
yang ku sayangi, kali ini aku mengirim surat untukmu. Semoga surat ini ‘kau’
baca, meski dari anak kecil yang tak tahu apa-apa dan belum memiliki hak suara.
Ku tegaskan sekali lagi, belum memiliki hak ‘SUARA’.
Lewat
surat ini, aku menulis bukan sekedar menulis. Walaupun tulisanku tak sebagus
mesin ketik komputer. Biarpun kau anggap aku menulis di media kertas yang tak
layak untuk ku kirim padamu. Ya, ini kertas bekas. Bukannya aku tak punya uang,
tapi aku tak ingin bumiku semakin gersang.
KPU
yang ku banggakan, ka pasti tahu maksudku. Bermilyar-milyar kertas terbuang
sia-sia untk media pemilihan umum, baik bupati maupun gubernur. Apa tak ada
media lain selain kertaskah? Lihatlah, bumiku semakin merah memanas. “TIDAK
SEMUANYA BISA DIBELI DENGAN UANG”. Buktinya ya kertas ini. Maka janganlah kau
hancurkan bangsamu hanya karena tergiur rayuan uang. Dari mereka, calon
pemimpin tak berwibawa.
STOP
MONEY POLITICS!!!
Kalau
aku boleh memilih, aku pilih tidak makan satu bulan daripada makan uang
politik.
KPU
yang ku cintai, dan tahun ini engkau benar-benar ku andalkan untuk merubah
bangsaku menjadi negara berkembang yang ingin maju. Engkau adalah satu-satunya
media dan sistem demokrasi di Indonesia. Engkau memberikan kami kebebasan,
meski kadang-kadang hak asasi masih terenggut dari kami.
DEMOKRATIS,
BUKAN KRITIS DEMO.
Sejauh
ini, aku masih bertanya-tanya. Apakah Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah
menjadi negara demokrasi? Tapi realitanya justru rakyat semakin kritis berdemo.
Siapa yang harus disalahkan? Pemimpin? Lalu, dahulu siapa yang memilih
pemimpinmu? Memimpin dirimu?
KPU
yang ku banggakan, kau adalah media penyaringan calon-calon pemimpin yang
beradab. Bukan hanya cendekia, tapi jujur dan juga membaur dengan rakyatnya.
SIAPAPUN
DIA, AKAN KU TAATI TITAHMU!
Aku
tak peduli, dari partai hijau, biru, merah, bahkan pelangi. Aku tak melihatmu,
tak memandangmu hanya dari cara engkau berpenampilan. Aku tak peduli, engkau
punya tanah berhektar-hektar atau justru dari rakyat biasa. Yang ku tahu,
pemimpin yang diidamkan adalah ia yang dapat mengayomi, memberikan
kesejahteraan dan kedamaian bagi rakyatnya.
IBU
PEJABAT, JANGANLAH ENGKAU BERLEHA-LEHA!
Seorang
ibu merupakan lumbung bagi generasi selanjutnya. Perlu engkau tahu, kedekatan
ibu dengan anak tiga kali lebih dekat bahkan lebih dekat lagi daripada dengan
ayahnya.
Ironis
benar keadaan di negeriku ini. Diriku kerap kali melihat, ibu-ibu pejabat
berdiri di belakang suaminya (dalam
arti bupati, gubernur bahkan presiden). Tapi realitanya mereka tak pernah
memberikan sumbangsih yang besar pada bangsanya.
Tragis
sekali melihatnya. Cukup bagus ada kegiatan PKK di desa-desa. Tapi coba kau
pikir, apa manfaatnya? Bukankah seharusnya ibu pejabat, teladan bagi sejuta ibu
di Indonesia? Bahkan lebih dari satu juta.
PESANKU,
Optimalisasi
kinerja perempuan itu perlu digalakkan. Mencoba sekali-kali mengadakan
penyuluhan di PKK. Semisal, bukan hanya cara memasak tapi juga cara mendidik
anak. Ibu pejabat, jangan
bisanya pamer berlian, pamer kekuasaan. Namun, juga harus membaur dengan
rakyat. ‘Wanita Indonesia juga bisa
Berkarya’
Dan
yang terakhir, semoga surat ini benar-benar dibaca oleh KPU. Lebih-lebih dibaca
oleh ibu pejabat. Semoga surat ini tidak dibakar oleh orang-orang yang tidak
suka dengan tulisan ini.
Dan
yang terakhir sekali, PILIHLAH PEMIMPIN
YANG ADIL DAN BERADAB!!!
Dan
yang paling terakhir sekali;
26
Mei, ku tunggu engkau di TPS!
Sudahlah
pilih saja apa yang hati nuranimu katakan, bukan yang tetanggamu ungkapkan....
0 komentar:
Post a Comment